Saya mencoba menangkap pikiran yang ada dalam benak Adang Dorojatun ketika menjawab pertanyaan wartawan seputar isterinya Nunun Nurbaeti. Walau saya mengamini saat dia mengatakan bahwa sebagai suami yang sangat mencintai isteri, harus membela mati-matian isterinya, terlepas dari tanggung jawab moralnya sebagai anggota dewan yang terhormat dari partai yang mengklaim sebagai partai berbasis menjunjung moralitas yang bersih.
Tetapi yang membuat saya tidak mengerti dan bertanya. Apakah sikapnya itu benar-benar sekedar bertujuan untuk melindungi sang isteri tercinta agar jangan sampai dijebloskan ke prodeo? Saya meragukan dan tidak yakin. Jangan-jangan apa yang dilakukan sebenarnya malah sebaliknya. Membiarkan isterinya sakit dan terkatung-katung menggelandang di negeri orang, tidak mencerminkan seorang suami yang penuh perhatian terhadap isteri tercinta. Kondisi seperti itu justru menimbulkan dugaan, seperti mengorbankan isterinya untuk menutupi sesuatu yang patut diduga apa yang dilakukan isterinya sesungguhnya menutupi apa yang seharusnya jadi tanggungjawab Adang sendiri yang terkait dengan kebijakan partainya?
Sebenarnya Adang Dorojatun, seorang mantan wakapolri, telah menelanjangi dirinya sendiri. Apalagi sebagai mantan pejabat negara yang berkutat dalam penegakan hukum. Seharusnya tahu. Dan memahami betul kewajiban seorang warganegara yang cinta kepada tanah airnya. Demi negara dan bangsa, apalagi demi tegaknya hukum, tentu pengorbanan diri terhadap tanah air mengalahkan kepenting sendiri maupun keluarga. Itu yang disebut sebagai nasionalisme. Kepentingan diri sendiri harus dikorbankan demi kepentingan nusa dan bangsa.
Apalagi demi tegaknya hukum itu sendiri. Adang Dorojatun seharusnya tidak bersikap kontraproduktif terhadap penegakan hukum itu sendiri. Terhadap kasus yang menjerat isterinya, sehubungan kasus cek pelawat yang melibatkan beberapa anggota dewan. Apabila dia yakini bahwa isterinya benar tidak bersalah. Kenapa harus repot-repot beralasan isterinya sakit 'lupa ingatan". Berdalih dengan menyerahkan kesimpulan penyakit isterinya kepada dokter di Singapura. Kenapa mesti dokter Singapura yang dirujuk? Seakan merendahkan kredibilitas dokter yang ada di republik ini. Apalagi penyakit tentang penyakit lupa. Suatu penyakit yang tak masuk diakal. Akan lebih masuk di akal kalau disebut sebagai penyakit 'akal-akalan'. Ataukah memang di Indonesia tidak ada satupun dokter yang punya spesialisasi penyakit lupa?
Akan jauh lebih baik bila tidak mengada-ada dalam mencari alasan. Bersikap proaktif dengan mematuhi hukum dan menjalani sidang pengadilan, adalah jalan terbaik yang tak akan menyiksa diri Nunun Nurbaeti berlama-lama. Yang tersandera dengan keadaan yang tidak menentu. Melanglang bersembunyi di negeri orang. Lalu hal itu akan sampai kapan? Kecuali kalau berniat melepaskan diri jadi warganegara Indonesia, lalu memilih jadi warga negara di mana tempat dirinya bersembunyi.
Barangkali kalau memang isterinya terkena amnesia. Seharusnya dia lebih mencemaskan dengan tidak membiarkan isterinya pergi sendiri, apalagi jauh dari pengawasannya. Betapa tidak?
Katanya cinta sekali pada isterinya. Bila memang benar Nunun Nurbaeti terkena penyakit lupa. Lupa bahwa negerinya masih Indonesia. Yang anggota keluarga; suami dan anak-anaknya masih warga negara Indonesia. Yang suaminya masih menerima tunjangan pensiun sebagai mantan wakapolri. Bisa dimaklumi kalau sekarang tersesat ke berbagai negeri orang. Singapura, Thailand, Kamboja, lalu kemudian entah mau pergi kemana lagi. Jangan-jangan pada kenyataannya tidak seperti dengan yang diributkan publik selama ini. Bahwa, ternyata Nunun Nurbaeti berada di suatu tempat di Jawa Barat.
Tentu ada yang harus lebih dicemaskan oleh Adang terhadap penyakit lupa yang diyakini diidap isterinya. Mencemaskan jangan sampai terjadi, isterinya lupa berpakaian setelah mandi lalu pergi keluar begitu saja untuk jalan-jalan berkeliling kota di Kamboja? Itulah kenapa disarankan agar Adang lebih baik mengawasi isterinya dari dekat.
Bila perlu ikuti kemana saja sang isteri pergi. Kan cinta isteri. Ikuti kemana sang isteri tercinta inginkan. Mau ke Phillipina, Hongkong, Jepang, Brunei atau mau muter-muter menjelajahi seantero negara-negara anggota Asean.
Orang lupa itu berbahaya akibatnya. Sebahaya yang kini harus ditanggung oleh para terdakwa yang disangkakan menerima cek pelawat darinya. Syukur-syukur bila isterinya tetap tidak lupa bahwa suaminya masih Adang Darajatun. Bila tidak? Kasihan deh lu!