Apa yang terjadi dengan rasa Nasionalisme bangsa ini saat melihat tayangan di beberapa stasiun televisi ketika melakukan peliputan langsung dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan? Dalam acara tersebut diajukan pertanyaan ke berbagai lapisan anggota masyarakat mengenai, bagaimanakah bunyi dari butir-butir Pancasila? Kenyataannya jawaban yang diperoleh nampak memprihatinkan, diantaranya demikian kedodoran, berlepotan, serta tidak hafal lagi. Itulah yang terjadi walau hal tersebut bukan merupakan ukuran kadar dalam menakar citarasa kebangsaan.
Lantas bagaimanakah bila ditanyakan mengenai bunyi dari syair lagu kebangsaan kita Indonesia Raya? Mudah-mudahan jawabannya tidak sebagaimana jawaban ketika menanyakan bunyi butir-butir Pancasila. Karena lagu Indonesia Raya setidaknya masih kerap dikumandangkan di radio dan televisi dalam setiap even olahraga. Tetapi apakah kita akan mendapatkan jawab yang benar dan seberapa tahu anggota msayarakat bila ditanyakan perihal, siapakah pencipta atau pengarang lagu Indonesia Raya? Dan siapakah gerangan W.R. Soepratman itu? Lalu bagaimanakah sosoknya? Bagaimanakah riwayat hidupnya?Bagaimana kiprahnya dalam proses terwujudnya negara kesatuan Republik Indonesia ini?
Nah, batu ujian rasa nasionalisme sesungguhnya tercermin dari sejauh mana warga bangsa menghayati serta memahami unsur-unsur yang mendasari dan yang menjadi jaringan benang merah keberadaan dari Republik Indonesia. Sehingga generasi ini tidak menjadi dangkal dalam memahami rasa nasionalisme. Kebhinekaan yang menjadi ika. Kebersamaan dalam keberagaman. Kearifan dalam kemasan demokrasi. Solidaritas dalam persatuan dan kesatuan. Dan kemanusiaan dalam keberadaban sebagai manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tulisan ini juga bisa dibaca di Blog Jaringan Indonesia Raya.