Pada Sebuah Kereta Ekonomi

Ada kereta eksekutif, bisnis dan ekonomi. Pengklasifikasian tersebut sudah tentu berdasarkan tarif ongkos yang dikenakannya. Kita tinggal memilih. Mau naik yang eksekutif, bisnis atau yang ekonomi. Untuk yang eksekutif sudah tentu kita akan mendapatkan suasana kenyamanan selama dalam perjalanan. Gerbong dengan tempat duduk yang empuk, udara sejuk ber-ac, dilayani pramugari, tersedia ruang tunggu di peron sebelum memasuki kereta. Untuk jenis bisnis kenyamanannya jauh diatas yang ekonomi dan juga jauh dari yang eksekutif, berada di antaranya walau dalam perjalanan suasananya seperti pasar malam karena pedagang asongan dibiarkan bebas berkeliaran. Dan untuk yang bertarif ekonomi. Jangan ditanya lagi kalau segala kesumpekan, segala ketidaknyamanan mengiringi sepanjang perjalanan.


Sebelah kiri kereta berlokomotip uap, sebelah kanan jenis lokomotip bermesin diesel.

Mari kita nikmati perjalanan bersama kereta ekonomi. Namanya ekonomi, jangan berharap untuk bisa mendapatkan segala sesuatunya terasa nyaman. Kita tidak akan mendapatkan sambutan pramugari bila hendak menaiki pintu kereta. Atau kita juga tidak akan bisa menikmati ruang tunggu yang berpenyejuk udara. Ketidak nyamanan menaiki kereta ekonomi sudah terasa sejak kita membaca pemberitahuan bahwa tempat duduk bebas bila dalam suasana hari libur, khususnya di hari lebaran. Artinya, penumpang bebas memilih tempat duduk. Penumpang bebas menyerbu berebut untuk saling mendahului memasuki pintu gerbong kereta. Penumpang bebas menempati kamar kecil yang ada dalam kereta api bila tidak mendapatkan tempat di dalam gerbong.
Untuk memperoleh karcis pun, jangan berharap bisa mudah mendapatkan tiket pesanan melalui jalur online. Entah karena untuk tiket ekonomi tidak dijual dengan sistem online, ataukah sistem online untuk tiket tarif ekonomi mengalami trouble bila dilakukan pemesanan dengan sistem itu? Yang jelas untuk bisnis dan eksekutif seolah dimudahkan untuk mendapatkannya walau sekali waktu dijumpai error.
Mendapatkan tiket tarif ekonomi di stasiun Senen Jakarta, untuk pemberangkatan jam dua siang, loket penjualan karcis baru dibuka pada pukul setengah sepuluh pagi. Loket yang dibuka melayani untuk semua jurusan, didukung sistem layanan menggunakan komputer. Sebagai upaya praktis cukup satu petugas saja bisa mewakili sekian banyak loket penjualan kereta sesuai jurusannya. Hanya saja kalau memang dikondisikan seperti itu, kenapa dibuat sedemikian banyak loket penjualan tiket kereta berdasarkan nama kereta dan jurusannya?
Sebelum diberlakukan penjualan tiket seperti itu. Jam buka loket penjualan karcis untuk setiap jenis kereta dan jurusannya, memiliki jadwal buka sendiri. Kemudian jenis karcis yang diberikan kepada penumpang bentuknya berupa sepotong karton berwarna merah muda, berukuran tak lebih dari tiga kali enam sentimeter, dengan ketebalannya kurang lebih tiga milimeter. Karcis tersebut diproforasi dan diberi tanda tanggal waktu pemberlakuannya.

Sebelum kereta berangkat

Suasana stasiun seperti biasanya banyak dipenuhi oleh mereka yang hidupnya bergumul di seputar stasiun. Supir taksi, baja, tukang ojek, portir, asongan, penjemput dan selebihnya adalah penumpang yang hendak menggunakkan jasa kereta.
Kondisi stasiun Senen di bulan September 2010 sudah berbenah. Lantai di ruang tunggu sudah berganti keramik. Membersihkannya juga dengan mesin, tak lagi manual hanya sekedar disapu, atau dipel hanya dengan sekedar memerciki air supaya nampak basah.
Tempat duduk sudah representatif terbuat dari logam. Petugas keamanan sudah melakukan perannya, menegur setiap orang yang kedapatan menyalakan rokok. Memang sulit menyadarkan bangsa ini hanya dengan sekedar menempelkan tanda larangan 'dilarang merokok'. Pemberian sangsi dan denda di tempat adalah sarana efektif agar membuat orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk akan berpikir seribu kali untuk tetap mengabaikan aturan larangan.
Bagi yang belum pernah atau jarang melakukan perjalanan dengan kereta api. Tentu harus belajar banyak dari pengguna yang sering melakukannya. Pertama keperluan selama perjalanan seperti, makanan dan minuman dan yang lain-lainnya, lebih baik beli di luar areal stasiun, sebab dalam area stasiun sudah tentu harga akan terpaut jauh dari harga di luar areal stasiun, apalagi di atas kereta bila kereta sudah berjalan. Bicara harga akan membuat emosi saja.
Kereta yang akan diberangkatkan adalah kereta yang baru saja tiba dari perjalanan jauh. Bila pada hari itu hendak menaiki kereta Matarmaja, maka kereta yang sedianya hendak dinaiki adalah kereta Matarmaja yang akan tiba pada pukul sepuluh pagi.
Setelah penumpang turun. Kereta kemudian dibersihkan. Cara membersihkannya pun hanya sekedar bersih, hanya bagian-bagian yang nampak saja. Gerbong tetap diparkir. Ditinggalkan lokomotip yang tadi membawanya, untuk digantikan dengan lokomotip lainnya. Masinis dan petugas operasionalnya juga digantikan dengan aplusan yang baru.
Biasanya penumpang yang sudah berada di dalam peron segera menaikan barangnya setelah kereta dibersihkan, walau jam pemberangkatannya pukul dua siang. Hal itu dilakukan untuk menghindari saling berebut naik. Tidak ada pembatasan baik jumlah dan berapa berat barang yang dibawa oleh setiap penumpang. Yang penting bisa menempatkan barang dan menjaganya selama diperjalanan, maka semuanya akan aman-aman saja.
Penempatan barang yang dibawa penumpang, tidak harus berada di rak di atas di mana penumpang tersebut duduk. Idealnya begitu, agar setiap penumpang bisa mengawasi barang bawaannya. Tetapi bila saat naik mendapati bagasi di atas tempat duduknya terisi, maka dia harus rela mencari tempat lain yang masih tersisa untuk menempatkan barang bawaannya. Bila meminta agar barang penumpang yang berada di tempat yang seharusnya menjadi jatahnya agar digeser, apalagi diturunkan, maka bisa jadi akan menimbulkan pertengkaran. Jadi hal seperti itu seolah sudah menjadi hukum yang berlaku bagi setiap penumpang. Berlaku mengalah bila tidak ingin ada pertengkaran dan keributan.
Untuk membawakan barang bawaan kita bila tak sanggup membawa sendiri. Bisa meminta jasa para portir. Tentang tarifnya berlaku tarif negosiasi. Kalau urusan penempatan barang dan tempat duduk, para portir ini akan menjamin bahwa tempat duduk dan barang bawaan penumpang yang menggunakan jasanya akan terjamin berada pada tempat yang seharusnya.
Sebelum kereta berangkat suasana dan udara di dalam kereta terasa pengap dan panas. Bangku dan lantai sepertinya tak sempat untuk dibersihkan dengan kain pel. Sepertinya bau badan dari penumpang semalam masih menempel pada lapisan bangku. Lantai kereta hanya disapu saja, dibersihkan dari sampah.
Kipas angin yang ada hanya akan dinyalakan bila kereta sudah berjalan. Itu pun kerap dinyalakan bila lampu gerbong dinyalakan walau kereta sudah berjalan, lampu dinyalakan saat jam enam sore.
Begitu gerbong telah parkir dan satu persatu penumpang mulai menempati bangkunya. Para pedagang asongan sudah mulai bermunculan. Menjajakan barang mulai dari alat pijit, senter, stiker, buku bacaan, vcd, pensil, peniti, permen jahe, buah-buahan, rujak, pecel, air mineral, nasi bungkus. Barang yang diperdagangkan oleh para penjualnnya dijajakan dengan meletakannya satu persatu ke tempat duduk setiap penumpang. Apa yang ada di pasar sepertinya bisa didapatkan di atas kereta ekonomi. Itu belum seberapa. Puncaknya adalah bila kereta sudah mulai bergerak.

Saat dalam perjalananBila diperhatikan para pedagang asongan sudah menyamar seakan sebagai penumpang sejak awal keberangkatan kereta dari stasiun Pasar Senen. Awalnya mereka duduk-duduk dahulu, sementara barang dagangan mereka telah mereka sisipkan di bawah-bawah bangku penumpang, atau di rak bagasi penumpang.
Menjelang melewati Stasiun Jatinegara para pedagang ini mulai membuka barang dagangannya. Biasanya mereka ini bertempat tinggal di kota-kota sekitar stasiun yang terdapat antara kota Jakarta dan Cirebon.
Setelah melewati Stasiun Jatinegara.